Thursday, 3 November 2016

Penjelasan Lengkap Spektrometri UV-VIS

Penjelasan Lengkap Spektrometri UV-VIS

Hasil gambar untuk spektrofotometer dan keterangannya 

     spektrometer uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. 
Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari padasenyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008).

      Pengertian Spektrometer Spektrofotometer  sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau  blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. (Khopkar, 1990)


Spektrofotometer Ultraviolet dan Visible (UV-Vis) 

Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:

  • Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan ausokrom dari suatu senyawa organik. 
  • Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa. 
  • Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan hukum  Lambert-Beer. 


Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.  Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang. (Dachriyanus, 2004)

Kebanyakan penerapan  spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut. (Day & Underwood, 1986)

Hukum Lambert-Beer 

Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

Biasanya hukum Lambert-Beer ditulis dengan:




Menurut Dachriyanus (2004), Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor instrumen. Penyebab non linearitas ini adalah:

  • Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat. 
  • Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel. 
  • Flouresensi atau fosforesensi sampel. 
  • Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi. 
  • Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi. 
  • Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa  digunakan dengan menggunakan bagian datar pada absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum. 
  • Kehilangan cahaya.  
 lihat juga: berita olahraga di dunia        http://avaschampion.blogspot.co.id/
                   aneh-anehnya dunia         http://avasdunia.blogspot.co.id/
                   koleksi film terbaik          http://avasfilm.blogspot.co.id/
                   analisis penjelasan kimia  http://avaskimia.blogspot.co.id/
                   koleksi budaya dunia       http://avasbudaya.blogspot.co.id/

Penjelasan Lengkap Elektrolisis

Penjelasan Lengkap Elektrolisis

Hasil gambar untuk penjelasan elektrolisis 

Sel elektrolisis merupakan perangkat yang digunakan dalam proses elektrolisis, yang terdiri atas sumber arus searah serta elektrode positif dan negatif. Zat yang dielektrolisis merupakan elektrolit berupa larutan atau cairan (lelehan) zat murni.ika suatu cairan atau larutan elektrolit dialiri arus listrik searah melalui batang elektrode, ion-ion yang berada dalam cairan atau larutan tersebut akan bergerak menuju elekrode yang muatannya berlawanan. Jadi,

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan energi listrik untuk menghasilkan reaksi kimia yang tidak spontan.
elektrolisis
Elektrolisis pada lelehan NaCl
Gambar di atas menunjukan lelehan NaCl yang dielektrolisis dengan elektrode karbon (grafit). Di dalam larutan terdapat beberapa spesi, antara lain ion Na+ dan ion Cl dari ionisasi NaCl. Akibat pengaruh arus listrik searah yang dialirkan melalui batang elektrode, ion-ion Na+ bergerak ke kutub negatif dan ion-ion Clbergerak ke kutub positif. Kemudian, ion Cl akan melepaskan elektronnya atau mengalami oksidasi.
2Cl(l) → Cl2(g) + 2e ……… (oksidasi)
Selanjutnya, elektron yang dilepas oleh Cl tersebut akan mengalir melalui penghantar menuju ke elektrode negatif, yang disekitarnya terdapat ion Na+.  Elektron tersebut ditangkap oleh ion Na+, sehingga terjadi reduksi.
2Na+(l) + 2e → 2Na(l)  ……. (reduksi)
Jadi, pada elektrolisis larutan NaCl terjadi reaksi:
Elektrode positif    : 2Cl(l) → Cl2(g) + 2e
Elektrode negatif   : Na+(l) + e → Na(l)
Reaksi elektrolisis : 2Cl(l) + 2Na+(l) → Cl2(g) + 2Na(l)
Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pada elektrolisis:
  1. Kutub positif merupakan anode dan kutub positif terjadi reaksi oksidasi.
  2. Kutub Negatif merupakan katode dan kutub negatif terjadi reaksi reduksi.
Jadi,pada elektrolisis lelehan NaCl tersebut, di anode dihasilkan gas Cl2 serta di katode dihasilkan lelehan Na.
Sebenarnya telah disinggung sebelumnya pada sel volta, sama seperti sel volta dimana anode selalu mengalami oksidasi, sedangkan katode selalu mengalami reduksi. Untuk mempermudah bisa pakai singkatan, Katode (K) mengalami Reduksi (R), disini sama-sama konsonan. Sedangkan Anode (A) mengalami Oksidasi (O), disini sama-sama huruf vokal.
KRAO
Katode Reduksi Anode Oksidasi
Nah,perbedaan dengan sel Volta adalah tanda elektrodenya. Kalau di elektrolisis Katode muatannya negatif dan Anode muatannya positif.
KNAP
Katode Negatif Anode Positif

B. Reaksi-reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis ditentukan oleh:

1. Ion-ion di sekitar elektrode
Pada anode, ion-ion di sekitar anode yang memiliki Eolebih negatif yang akan mengalami oksidasi. Pada katode, ion-ion di sekitar katode yaang memiliki Eo lebih positif yang akan mengalami reduksi.
Contoh:
Pada elektrolisis larutan KI digunakan elektrode grafit. Spesi yang ada di dalamnya adalah ion K+ dan I dari hasil ionisaisi KI dan juga ada H2O sebagai pelarut (karena larutan). Oleh karena elektrodenya grafit yang inert, elektrodenya tidak mengalami reaksi apapun. Di sekitar anode terdapat H2O(l) dan ion I yang akan teroksidasi.
2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e     Eo= +1,23 V
2I(aq)   → I2(g) + 2e                           Eo= -0,54 V
Di sekitar katode terdapat ion K+ dan H2O sehingga lebih mudah mengalami reduksi adalah atom H pada H2O.
2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH(aq)   Eo = -0,83 V
K+(aq) + e       → K(s)                            Eo= -2,93 V
Jadi,pada elektrolisis larutan KI dengan elektrode grafit, reaksi yang terjadi adalah:
                       2KI(aq) → 2K+(aq) + 2I(aq)
Anode (+) :  2I(aq) → Cl2(g) + 2e
Katode (-) : 2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH(aq)
———————————————————————————–  +
Reaksi total : 2KI(aq) + 2H2O(l) → I2(g) + 2K+(aq) + 2OH(aq)
Hasil elektrolisis larutan KI adalah gas I2 di anode serta larutan KOH dan gas H2 di katode.
Jika di sekitar elektrode tidak reaktif (inert) hanya terdapat jenis zat atau ion, maka zat atau ion tersebut yang mengalami oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Elektrolisis lelehan KI dengan elektrode grafit.
                      2KI(l) → 2K+(l) + 2I(l)
Anode (+) : 2I(l) → I2(g) + 2e
Katode (-) : 2K+(l) + 2e → 2K(l)
———————————————–  +
Reaksi total: 2KI(l) → 2K(l) + I2(g)
Hasil elektrolsis lelehan KI dengan elektrode grafit adalah gas I2 di anode dan logam kalium cair di katode.
2. Bahan elektrode
  • Jika bahan elektrode terbuat dari grafit (C) atau logam inert (misalnya Pt atau Au),elektrode tidak mengalami oksidasi atau reduksi. Jadi yang mengalami oksidasi dan reduksi adalah spesi-spesi yang ada di sekitar elektrode.
  • Jika elektrode (terutama anode) berasal darilogam aktif, anode tersebut yang akan mengalami oksidasi.
Contoh:
Kita bandingkan hasil elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektrode inert (misalnya grafit, C) dan dengan elektroda reaktif (misalnya Cu).
1. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode grafit
                    Na2SO4(aq) → 2Na+(aq) + SO42-(aq)
Anode (+) : 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e
Katode (-) : 4H­2O(l) + 4e → 2H2(g) + 4OH(aq)
————————————————————————  +
Reaksi total: 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
Hasil elektrolisisnya adalah gas oksigen di anode dan gas hidrogen di katode.
2. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektrode tembaga.
                     Na2SO4(aq) → 2Na+(aq) + SO42-(aq)
Anode (+) : 2Cu(s) → Cu2+(aq) + 4e
Katode (-) : 4H2O(l) + 4e→ 2H2(g) + 4OH(aq)
Oleh karena anodenya dari Cu (anode reaktif), maka anode tersebut mengalami oksidasi dan hasilnya adalah ion Cu2+ di anode dan gas hidrogen di katode.
OK itu konsep intinya, jika ingin lebih ringkas bisa gunakan bagan berikut ini untuk memprediksi reaksi yang akan terjadi pada sel elektrolisis.
elektrolisis
OK deh kita coba pada contoh soal elektrolisis :
Contoh soal Elektrolisis
Tuliskan reaksi elektrolisis berikut!
  1. Lelehan NaCl dengan elektrode Pt
  2. Larutan BaSO4 dengan elektrode C
  3. Larutan CuCl2 dengan elektrode Au
Penyelesaian;
1. NaCl(l) → Na+(l) + Cl(l)
Katode (-) : Na+(l) + e→ Na(l)            x2
Anode (+) ; 2Cl(l) → Cl2(g) + 2e        x1
——————————————————-  +
2Na+(l) + 2Cl(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
2NaCl(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
2. BaSO4(aq) → Ba2+(aq) + SO42-(aq), jangan lupa ada air sebagai pelarutnya
Katode (-) : 2H2O(l) + 2e → 2OH(aq) + H2(g)     x2
Anode (+): 2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e         x1
———————————————————————  +
4H2O(l) + 2H2O(l) → 4OH(aq) + 2H2(g) + O2(g) + 4H+(aq)
2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
3. CuCl2(aq) → Cu2+(aq) + 2Cl(aq)
Katode (-) : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anode (+): 2Cl(aq) → Cl2(g) + 2e
———————————————————– +
Cu2+(aq) + 2Cl(aq) → Cu(s) + Cl2(g)
CuCl2(aq) → Cu(s) + Cl2(g)

Demikian Penjelasan lengkap tentang elektrolisis mudah-mudahan bermanfaat :)

 lihat juga: berita olahraga di dunia        http://avaschampion.blogspot.co.id/
                   aneh-anehnya dunia         http://avasdunia.blogspot.co.id/
                   koleksi film terbaik          http://avasfilm.blogspot.co.id/
                   analisis penjelasan kimia  http://avaskimia.blogspot.co.id/
                   koleksi budaya dunia       http://avasbudaya.blogspot.co.id/

Penjelasan dan Macam-macam Mikrobiologi

Penjelasan dan Macam-macam Mikrobiologi

Hasil gambar untuk mikrobiologi 

      Mikrobiologi merupakan cabang ilmu dari biologi yang khusus mempelajari jasad-jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani (micros, kecil, bios , hidup, dan logos, pengetahuan) sehingga secara singkat dapat diartikan bahwa mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil. Mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil tersebut disebut juga dengan mikrooprganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad renik.

     Mikrobiologi memerlukan ilmu pendukung seperti kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dan biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikroba terapang di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobilogi lanjut telah berkembang menjadi  bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteorologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya.
Perkembangan mikrobiologi dimulai dengan terbukanya rahasia suatu jenis mikroorganisme melalui pengamatan Leuwenhoek pada tahu 1675. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu di kalangan para ilmuwan mengenai asal mula kehidupan. Namun kurang lebih pada pertengahan tahun 1860 an, ketika teori generatio spontanea dibuktikan ketidakbenarannya dan prinsip biogenesis diterima, pengetahuaan mengenai mikroorganisme tidak lagi bersifat spekulatif semata-mata. Selama priode berikutnya antara tahun 1960  dan tahun 1900, banyak dilakukan poenemuan dasar yang penting. Perkembangan teori nutfa penyakit dalam tahun 1876, hal ini tiba-tiba menimbulkan minat terhadap prosedur laboratoris untuk mengisolasi dan ,mencitrakan mikroorganisme. Didalam periode ini ditemukan banyak mikroorganisme penyebab penyakit serta metode-metode untuk mencegah dan mendiagnosis serta mengobati penyakit-penyakit tersebut. Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi kedokteran membawa perombakan yang besar dan cepat didalam praktik kedokteran. Periode terakhir tahun 1910 sampai sekarang ditandai dipergunakan banyak metode dan peralatan mutakhir, seperti mikroskop elektron dan komputer.
Pada awal abad ke 19 setelah mikroskop ditemukan oleh Antoni Van Leeuwenhoek, ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteriologi mulai berkembang. Beberapa tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni Van Leeuwenhoek, Robert Koch, dan Ferdinand Cohn berperang dalam perkembangan tersebut. Barulah pada tahun 1828 Ehrenberg memperkenalkan istilah bacterium yang diambil dari kata yunani (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil".
     Seorang ahli matematika dan sejarahwan berkebangsaan ingris pernah menulis sebuah buku yang berjudul "Micrographia" pada tahu 1665. Buku itu berisi tentang hasil pengamatan terhadap tubuh buah kupang dengan menggunakan mikroskop sederhana. Walaupu Robert Hooke belum menemukan struktur bakteri, tetapi buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.

lihat juga: berita olahraga di dunia        http://avaschampion.blogspot.co.id/
                   aneh-anehnya dunia         http://avasdunia.blogspot.co.id/
                   koleksi film terbaik          http://avasfilm.blogspot.co.id/
                   analisis penjelasan kimia  http://avaskimia.blogspot.co.id/
                   koleksi budaya dunia       http://avasbudaya.blogspot.co.id/

Dasar teori dan Prosedur Titrasi Permanganometri

Titrasi Permanganometri

Hasil gambar untuk prosedur permanganometri 

Dasar Teori

Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu

MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
 
PROSEDUR KERJA





A. Pembakuan Larutan kalium Permanganat

1. Diambil 10 ml larutan Na2C2O4 dengan menggunakan pipet volum 10 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N. Dilakukan duplo.


B. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3

1. Ditimbang 0,1 gram padatan CaCO3 dengan menggunakan neraca analitik. Dimasukkan ke dalam beaker glass 400 ml.

2. Aquades ditambahkan sampai volume menjadi 100 ml. Ditambahkan beberapa tetes indikator metil merah ke dalam larutan. Dipanaskan larutan tersebut sampai mendidih.

3. Ditambahkan larutan dari 0,75 gram NH4 oksalat dalam 12,5 ml aquades secara perlahan-lahan. Dipanaskan pada temperatur 70-80°C selama 15 menit.

4. 3 tetes larutan amonia (1:1) ditambahkan sambil diaduk secara perlahan. Dibiarkan larutan dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring endapan dengan menggunakan kertas saring Whatman No.540.

5. Dicuci endapan dengan aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi kertas saring dengan menggunakan pengaduk.

6. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam erlenmeyer yang lain. Dicuci kertas saring dengan aquades panas sampai volume 50 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N setelah semua endapan larut.

D.   Standarisasi Larutan KmnO4

Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan larutan standar H2C2O4 atau Na2C2O4 dengan mereaksikan 10 mL H2C2O4 0,05M dengan 0 mL larutan H2SO4 1M ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga suhu 700C warna dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi dengan KMnO4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan permanganatt lambat pada suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu 700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung jumlah KMnO4 yang digunakan dan mengulangi percobaan 2x. Dan pada percobaan I diperoleh volume sebesar 10 mL dan berwarna coklat kemerahan. Disini bisa timbul warna coklat kemerahan karena sebelum dititasi dengan KMnO4 larutan H2C2O4 + H2SO4 harus didinginkan setelah dipanaskan.Berbeda dengan percobaan I, percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3mL dan warna yang ditimbulkan adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan terlebih dahulu). Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH2C2O4 0,05M yang oleh KMnO4 akan dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi sebagai berikut:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4 encer dan bukan larutan yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh digunakan sebab fdapat dioksisdasi oleh KmnO4 menjadi Cl2 sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 16H+(aq)+10Cl-(aq) Mn2+(aq) + 5Cl2(g) + H2O(l)
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi:
Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e-
Reduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O
Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO4 diperoleh molaritasnya sebesar 0,021M.


Dasar Teori dan Prosedur Analisa Menentukan kadar air laut metode Kompleksometri

Menentukan kadar air laut metode Kompleksometri

Hasil gambar untuk titrasi kompleksometri 

 

Dasar Teori :

  Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :                    Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).
Air Sadah:
Air yang mengandung ion Ca2+ dan atau ion Mg2+.
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+). Yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya:
Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)

b. Air sadah tetap
Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara:
1.               Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2.               Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit.

III.  Alat dan Bahan:
A.1 Alat
1.      Sebuah Gelas Piala berukuran 250 ml
2.      Tiga buah erlenmeyer berukuran 125 ml
3.      Sebuah pipet gondok berukuran 20 ml
4.       Sebuah pipet gondok berukuran 1 ml
5.      Sebuah corong
6.      Sebuah buret berukuran 50 ml
7.      Sebuah pipet pump berukuran 25 ml
8.      Dua buah pipet tetes

A.2 Bahan
      1.    Larutan Na2H2Y.2H2O atau larutan Na2EDTA
      2.    Larutan standar Ca2+ 0.0005 M
3.    Larutan buffer pH 10,0
4.    Sampel air (Akuades)
5.     Indikator EBT

      IV. Cara Kerja :
  • Siapkan larutan standar CaCl2 0,1M dengan cara melarutkan 0,25 gram CaCO3 dengan 25 mL aquades di dalam beaker glass 250 mL, tambahkan 1 mL HCl pekat melalui dinding gelas piala dan tutup dengan kaca arloji, maka kaca arloji dicuci dengan aquades, cucian masukkan kedalam beaker glass, kemudian tuangkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 250 mL dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas.
  • Siapkan larutan EDTA 0,01 dengan cara melarutkan 3,8 gram Na2EDTA.2H2O (BM=372) dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.
  • Ambil 25,00 mL larutan standar CaCl2 diatas, tuangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, tambah dengan 1,0 mL larutan bufer pH = 10 dan 2-3 tetes indikator EBT maka larutan akan berwarna merah.
  • Titrasi dengan larutan EDTA yang telah disiapkan sampai terjadi perubahan warna dari merah ke biru.
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung molaritas larutan EDTA
  • PENENTUAN TOTAL KESADAHAN DALAM AIR LAUT
Tujuan :
Menentukan konsentrasi total kesadahan dalam air laut secara kompleksometri dengan mentitrasi larutan air laut dengan larutan standar EDTA.
Cara kerja :
  • Ambil 2,00 mL sampel air laut, tuangkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL, tambah dengan 25 mL aquades.
  • Tambah dengan 1,0 mL larutan bufer pH 10 dan 2-3 tetes indikator EBT maka larutan akan berwarna merah.
  • Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ke biru.
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung total kesadahan dalam air laut

Wednesday, 2 November 2016

Dasar teori dan Prosedur Analisa Menentukan kadar asam askorbat metode iodimetri

Analisa Menentukan kadar asam askorbat metode iodimetri
 Hasil gambar untuk laporan titrasi iodimetri 
A.   Teori Umum
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide (I).
Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimentri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran sepetri dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsure yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi :
                                                     I2 + 2e-              2l-
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2 – Amilum. Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah dan basa lemah. pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoidat.
   I2 + 2OH   -                   IO3- + I- + H2O     (Hamdani, 2012)
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Relatiff beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium, maka jumlah penentuan penentuan iodimetrik adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodimetrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. (Ahmadi muslim, 2010)
Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535√. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi.
                                            I2 + 2e                             2 l-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator  amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib, 2007)
Larutan I2  digunakan untuk mengoksidasi reduktor  secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan. (Mulyono, 2011)
BAB III
METODE  KERJA
A.   Alat dan bahan
1.    Alat  yang digunakan:
a.    Buret 50ml
b.    Corong
c.    Erlenmeyer 250 ml
d.    Gelas ukur 50 ml dan 10 ml
e.    Gelas kimia 500 ml  dan 100 ml
f.     Labu ukur 100 ml
g.    Pipet tetes
h.    Sendok tanduk
i.      Timbangan analitik
j.      Aluminium foil
2.    Bahan yang digunakan:
a.      Aquadest
b.      Asam sulfat 10% 5 ml
c.      Indikator kanji 1%
d.      Larutan baku I2  0,1 N
e.      Vitamin C 0,2 g
B.   Prosedur kerja percobaan
1.    Penetaapan kadar vitamin C
a.      Disiapkan alat dan bahan
b.      Ditimbang 400 mg asam askorbat dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest bebas  CO2  dan 5 ml H2SO4  dalam erlenmeyer
c.      Ditambahkan indikator kanji 2-3 tetes kedalam erlenmeyer
d.      Dititrasi dengan I2  yang telah dibakukan sampai terjadi perubahan warna biru ke bening (hilang)
e.      Diulangi percobaan sebanyak 2 kali
2.    Pembuatan larutan baku I2  0,01 N
                a.      Disiapkan alat dan bahan
                b.      Ditimbang dengan teliti 7 g I2 murni dengan botol timbang, dimasukkan kedalam gelas piala
                c.      Ditimbang sampai 18 g KI dan larutkan dalam 50 ml air. Ditambahkan dalam gelas piala yang berisi 7 g. I2 diaduk dengan baik hingga homogen.
                d.      Dipindahkan kedalam labu ukur, diencerkan dengan air suling sehingga volumenya menjadi 500 ml (sampai tanda batas) sambil dikocok dengan baik hingga homogen.
                e.      Disimpan didalam botol yang tertutup berwarna coklat dalam tempat yang gelas dan diberi etiket.
3.    Cara kerja pembuatan kanji 5%
                a.      Disiapkan alat dan bahan
                b.      Ditimbang 5 g kanji (amylum)
                c.      Dipanaskan aquadest 100 ml kemudian dimasukkan kanji kedalam gelas kimia 100 ml sambil diaduk hingga homogen
                d.      Dimasukkan kedalam botol coklat dan diberi etiket
4.    Cara kerja pembuatan H2S04 10%
a.      Disiapkan alat dan bahan
b.      Diukur 10,2 ml H2SO4
c.       Dilarutkan dengan aquadest secukupnya dalam labu takar 100 ml dan dihomogenkan
d.      Dicukupkan volumenya hingga 100 ml dan dihomogenkan
e.      Dimasukkan kedalam botol pereaksi dan di beri etiket
 





lihat juga: berita olahraga di dunia        http://avaschampion.blogspot.co.id/
                   aneh-anehnya dunia        
http://avasdunia.blogspot.co.id/
                   koleksi film terbaik         
http://avasfilm.blogspot.co.id/
                   analisis penjelasan kimia 
http://avaskimia.blogspot.co.id/
                   koleksi budaya dunia      
http://avasbudaya.blogspot.co.id/